Wednesday, February 09, 2005

PERI EMBUN

Tersebut sosok sang peri embun.
Memiliki sayap, tak seelok merpati.
Memiliki paras, tak seelok bidadari.
Memiliki raga, tak seelok peri.
Namun memiliki hati.

Bekerja dan bekerja.
Melayang dan melayang penuh keanggunan.
Di tanah yang kering dan meluapkan api.
Meneteskan embun tiap-tiap hari.
Mengalahkan lelah diri.

Bekerja dan bekerja.
Memercikkan kesejukan, berbekal harapan.
Memancarkan sinar yang menghangatkan hati.
Di hadapan panas yang menciutkan diri.
Mengalahkan rasa nyeri.

Percaya dan percaya.
Walau setetes embun takkan banyak berarti.
Di tanah yang kering dan meluapkan api.
Namun dia berharap.
Setetes embun pagi,
Dapat memelihara nyawa bunga-bunga yang hampir mati.

Percaya dan percaya.
Walau kebaikan takkan banyak berarti.
Di saat kegersangan melanda nurani.
Namun dia berharap,
sedikit yang ia perbuat.
Dapat menetramkan jiwa-jiwa yang lelah,
dan memberi kekuatan.
Untuk berjalan lagi di esok hari.


8 FEB 2005, 04:54 PM

SEKEDAR LAMUNAN

Kamarku berdebu, terpecah-belah.
Sunyi senyap, kadang terdampar masalah.
Suara-suara bergumam, hiruk-pikuk gurauan.
Aku duduk diam, terpaku pemandangan.

Kujejakkan langkah, berlalu tanpa arti.
Kugerakkan arah, mencari ketenangan hati.
Melenggang tanpa emosi.

Mencari sesosok ruang, di dalam "masa kini".
Menepi sampai waktu berganti.
Berdiam di keramaian, seorang diri.

Aku sering terhanyut, bukan mencari maut.
Mencoba untuk berpikir, hal-hal yang telah terpaut.
Hatiku pun menjadi lembut.

Dengan tatapan menerawang, aku tidak terhilang.
Yang kubutuhkan hanyalah rasa tenang.
Sampai waktunya aku pulang.

Saat diam dan tertawa, aku tidak gila.
Yang kucari hanyalah imaji jenaka.
Sampai aku merasa lega.

Bila terdiam dalam lamunan, aku menemukan sesuatu.
Adalah waktu, dimana dinding ego terbuang.
Adalah diam, dimana kericuhan hati terhilang.
Adalah tawa, dimana kekerasan diri terkekang.
Adalah impian, dimana sayapku yang kecil dapat membawaku terbang.
Adalah hasrat, dimana jiwa yang rapuh dapat menerjang.

Saat diam dalam lamunan, aku menemukan diriku.
Kutuangkan lewat tulisan, agar pemikiran tidak sekedar berlalu.

Ini adalah aku.
Transparansi diri saat terdiam, dengan pikiran yang berjalan.
Lewat sekedar lamunan.


09 FEBRUARI 2005, 05:00PM

VICE VERSA

Vice versa...
Nafasku terus berhembus, menolak untuk terhirup.
Jantungku tidak berdenyut, tetapi ragaku hidup.

Vice versa...
Aliran darahku berbalik arah, tubuhku membiru.
Kesadaranku semakin gerah, mungkinkah semua berlalu?

Vice versa...
Roda kehidupanku berjalan mundur, waktu menyempit.
Kembali ke rahim ibu, terlahir dan terhimpit.

Vice versa...
Dunia semakin gila, asaku memudar.
Tubuh ini merasa nista, jemariku bergetar.

Vice versa...
Semua berbalik arah saat hampa yang kucari.
Semua berpencar tanpa arah saat gelap yang kudapati.

Vice versa...
Kuharap semua hanyalah mimpi.
Kuharap semua berjalan normal lagi.

Vice versa...
Aku tinggal sendiri.
Aku terdampar sendiri.
Aku menanti sendiri!!

Vice versa...
Jangan biarkan aku begini.
Berbaliklah.
berbaliklah sekali lagi.


01 FEBRUARI 2005, 01:00 PM