Wednesday, November 30, 2005

KATANYA AKU SENIMAN

Pengalaman dan keadaan adalah paparan emosi yang seharusnya murni.
Paparan emosi adalah bahan mentah, berkah dari kota bertuah.
Berkah untuk 4 mata, 4 telinga, 2 kepala, membuat mahakarya agung menjadi nyata.

Kata mereka: kata-kata hanyalah kata-kata, demikian juga tulisan, hanyalah manifestasi dari bahasa.

Jikalau mereka tahu, aku bisa menelanjangi diriku sekalipun tetap berpakaian utuh, melalui kata dan tulisan.
mereka mungkin hanya bisa bisu, dan mencoba lagi untuk menelaah simbol-simbol yang ada.

Katanya: ini adalah bakat seorang seniman.
Yang memaparkan paragraf sinis untuk pernyataan kalimat sebaris.
Yang tidak suka memberi nama pada warna yang terlihat sebagai warna, lebih baik dinikmati.
Yang mencoba berargumentasi secara persuatif melalui anak-anak yang mereka lahirkan.

Tetapi aku??.. seniman?!
Entahlah.. tidak dapat kupastikan.

Aku hanya suka berkarya, bercerita kepada dunia tentang dunia itu sendiri.
Aku ingin mereka mendengar, melihat dan mengenalku.
Ada bingkisan indah yang hendak kuhadiahkan:
Kisah-kisah hina yang dibangun lagi dengan rasa percaya.

Saat anak-anakku mulai bisa berbicara, tanpa kusadari mereka mulai bercerita tentang aku, dengan bahasa yang kadang terlalu unik bagi kalangan awam.
Bisa kumaklumi karena mereka masih kecil.
Tetap saja, suara yang mereka lontarkan begitu berarti

Mungkinlah nanti dunia tersenyum pada saat aku menangis,
Mungkinlah nanti dunia menangis saat aku tersenyum.
Karena ada saatnya aku telanjang, tanpa perlu merasa malu.
Mereka pun akan tahu itu.

Apakah aku seniman?
Katanya...

Hmm.. entahlah.
Tidak dapat kupastikan.



25 November 2005, 1.00 AM

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home