Sunday, January 09, 2005

SEMESTA BERGOLAK

Semesta bergolak, terpecah kedamaian.
Semesta beriak, tercipta kegalauan.
Nyala api padam, tertelan malam.
Nyala mimpi muram, tertelan kelam.

Saat semua lenyap, tersisa duka.
Saat semua ada, keangkuhan berjaya.
Saat semua lelah, tersirat nestapa.
Saat semua kuat, tanpa henti tertawa.

Dimanakah gigi taring, yang pernah saling mengigit?
Dimanakah kuku runcing, yang selalu saling mencabik?
Dimanakah sucimu, yang dulu kau elu-elukan?
Dimanakah dosamu, yang hebat kau sembunyikan?

Kini kau meratap, mencari arti.
Kini kau bersigap, mencoba mawas diri.
Yang tak terlihat kini terlihat.
Yang tak terkecap kini terkecap.

Waktu telah bergerak, waktu mencoba mengajar.
Ada saat yang buta, dipaksa untuk membuka mata.
Ada saat yang gagah, dipaksa untuk menyerah.
Agar waktu berjalan, tidak dengan sia-sia.

Semesta bergolak, terpecah kedamaian.
Semesta beriak, tercipta kegalauan.
Perubahan di dalam perubahan, membuahkan perenungan.
Perubahan menjadi realita, saat pilihan berbicara.


09 JANUARI 2005, 04:01 PM

NAFAS SANG ANGIN

Hembusan semilir mengusap wajahku.
Tangan yang sejuk itu datang sebagai kawan, bukan lawan.
Dengan senandung ringan, suara mulai bercerita.
Dengan kisah lama hari yang masih berjalan.
Berkisah tentang hidup dan lika-likunya.

Alunan nafas berbisik di telingaku.
Sejenak kesejukan merasuk di sanubari.
Mengenang keindahan sang surya.
Keindahan dan kemegahan yang terlintas.
Dibalik hari hampir malam yang segera tiba.

Tiupan lembut merambah sela-sela pikiran.
Membawa biru, merah, hitam, kemudian berlalu.
Membawa kuning, hijau, putih, kemudian berlalu.
Menyisakan warna-warna di sela-sela kekosongan.
Ada pelangi di jiwaku.

Dia yang melayang terus menjagaku.
Bak senyum dan tangan kasih dari sang Bunda.
Kulupakan tangis pilu masa kecilku.
Kukenang tawa semerbak hari-hari dulu.
Dan kini aku beranjak dewasa dalam ketegaran.

Nafas sang angin bukanlah jiwaku.
Dialah sang waktu... yang melayang dalam lorong hidupku.
Dalah jelmaan... dari tangan sang suci yang temani hari-hariku.
Dialah wujud... manifestasi dari cahaya harapan impianku.
Dia bersamaku, dia sahabatku.
Memilikinya, bahkan disaat semua berlalu.

Aku tenang, terbuai dalam kisahnya.
Aku tentram dijaga dalam lindungannya.


01 DESEMBER 2004, 10:00 AM

SEBUAH NEGERI YANG ASING

Aku hanyut dalam sebuah dunia.
Aku larut dalam sebuah dilema.
Berpijak di negeri yang asing.
Terjerat, tak mampu berpaling.

Aku menjadi budak penari.
Bergerak teriring musik berahi.
Aku menjadi budak penyanyi.
Mengalun bersama suara getir hati.

Lidahku kelu,
pekikku tertahan.
Sadarku beku,
mulutku berdiam.
tak lagi kutemukan mesranya buaian.

Kucoba untuk terjaga,
Karena kutau aku masih ada.
Kukerahkan sisa-sisa kesadaran yang terlupa.
Kucoba untuk tetap nyata.

Saat kulihat,
Sepasang burung bernyanyi di waktu hujan,
Seekor laba-laba menyulam tanpa benang,
Putri duyung menari-nari di pinggir kolam,
Cacing-cacing merayap di tanah gersang.
Aku tahu aku masih belum kalah.
Tidak, tidak akan pernah!

Akan kuarungi sekali lagi, mencari jalan untuk kembali.
Ke tempat dimana aku bisa menari bersama harmoni.
Ke tempat dimana aku bisa bernyanyi dengan hati.
Ke tempat tambatan hati, dimana aku bisa tersenyum lagi.


02 SEPTEMBER 2004, 02:55 PM

HIDUP ADALAH CINTA

Kepakkan kedua sayapmu, terbanglah lepas bebas.
Pandanglah dunia, berpancar sinar yang terbias.
Berlalu dari jalanmu, hentikan langkah yang bergegas.
Temukan maknanya cinta, yang tidak beralas.

Lepaskan belenggu, kharisma keangkuhan.
Lepaskan egomu, bercermin kebenaran.
Tanggalkan jubahmu, pesona keberadaan.
Tanggalkan topengmu, pemuja kecantikan.

Berkas hidup, memancarkan warna-warna.
Udara yang kau hirup, mengalunkan melodi cinta.
Kau masih terus berlari, mengingkari kenyataan ini.
Tidakkah kau sadari, hidupmu begitu berarti?

Sejuta beban, telah kau kemukakan.
Sejuta kerinduan, telah kau impikan.
Mengapa kau masih saja lupa, alasan untuk bertahan?
Bahwa kau masih hidup, dan terus berjalan.

Temukan maknanya cinta, yang tidak beralas.
Bukan kekayaan.
Bukan kehormatan.
Bukan keindahan.
Tetapi cinta, cinta semata.
Karena hidup, adalah cinta.


15 AGUSTUS 2004, 18:05 PM

AKU INGIN PERCAYA

Pohon yang kutanam mulai layu, daunnya terus berguguran.
Dahan-dahannya mulai kering, sukmanya terhisap perlahan-lahan.
Ada parasit di akarnya, tidak sanggup kubersihkan.
Ada hama di tubuhnya, tidak dapat kumusnahkan.

Pohon itu begitu kucintai, kusayangi.
Tidak mungkin kubiarkan dia pergi.
Tapi pupuk racun yang kuberikan untuknya begitu wangi.
Aku berharap, keajaiban membuatnya menebarkan pesona melati.

Telah kusingkirkan buku manual dari para ahli.
Kucoba untuk kurawat dengan caraku sendiri.
Hasilnya masih jauh dari baik-baik saja, saat ini.
Aku ingin percaya, bahwa semuanya bisa berubah nanti.

Pohon yang kutanam semakin layu, hampir habis daunnya berguguran.
Dahan-dahannya hampir kering, sukmanya terhisap perlahan-lahan.
Para peri berteriak keras : lakukan sesuatu!!!
Aku masih tetap menunggu.

Aku ingin percaya dengan caraku.
Aku ingin percaya.


15 AGUSTUS 2004, 18:05 PM

MEMILIH HIDUP ATAU MATI

Dilema ini terus menggebu dan menderu.
Seiring waktu berlalu, angin pun menjelma menjadi uap air yang beku.
Segala usaha untuk bertahan membuat mati sebuah pilihan.
Mata yang gelap tidak bisa melihat lingkaran kedamaian.

Hari tetaplah menjelang hari-hari.
Tetapi di dalam impian, waktu telah berhenti.
Menyimpan raga di balik lemari yang terkunci.
Tidak mampu lagi menatap masa depan lepas hari.

Menanti kebahagiaan yang datang bersama dengan belas kasihan.
Memanjakan diri berharap ada uluran tangan yang perduli.
Hati yang egois tidak akan mampu membuat sebuah perubahan.
Hati yang egois hanya akan bisa bermimpi.

Bila kaki terus diam, tanpa mau melangkah pergi.
Bila kaki terus diam, mencoba berpuas nikmati diri.
Selamanya jiwa akan mati.
Selamanya jiwa tinggal sendiri.
Selamanya jiwa merasa sepi.
Berpulang jiwa, tanpa senyum yang berseri.


20 MARET 2004, 05:44 PM